Minggu, 30 Oktober 2011

Serba-sebi Audit

Bismillah

Cerita berikut ini terjadi ketika saya duduk di bangku kuliah, khususnya saat semester2 akhir. Sejujurnya saya sendiri sudah terlanjur tertarik dengan dunia akuntansi, auditing, sistem, manajemen, tapi tidak untuk perpajakan, meskipun itu diajarkan juga. Ada beberapa hal yang membuat saya tertantang untuk terus mendalaminya, salah satunya karena maraknya ekonomi berbasis 'syariah' belakangan ini dan juga sudah banyak orang yang 'melek' akan syariat yang benar, yah meskipun dalam praktiknya masih belum sempurna. Menurut saya itu wajar karena yang namanya proses pasti tidak ada yang instan, membutuhkan pembelajaran, koreksi, dan proses yang terus menerus diperbaiki sampai pada akhirnya bisa menjadi sempurna. Proses ini tentu tidaklah mudah, SDM yang dimiliki juga belum semua paham bagaimana syariat yang benar, tetapi tidak mungkin juga langsung merekrut SDM baru dalam jumlah banyak karena itu sangat membutuhkan biaya yang besar. Yang dipermasalahkan selama ini adalah embel2 'syariah' yang melekat di entitas tersebut padahal dalam praktiknya bukan/belum sesuai syariah. Saya setuju jika entitas tersebut mempunyai penasehat independen yang berlatarbelakang agama dan paham betul sistem ekonomi islam, kalau perlu ada audit khusus syariahnya juga (mungkin g ya?). Diluar itu semua, sekarang bahkan sudah ada Standar Akuntansi Keuangan Syariah (SAK Syariah) yang dikeluarkan oleh IAI. SAK ini menjadi dasar pencatatan dan pelaporan keuangan bagi entitas keuangan syariah mulai tahun 2008. Ini artinya IAI serius dan resmi mengakui keberadaan entitas2 tersebut. Yang saya masih belum tau, dalam entitas syariah tersebut auditnya seperti apa ya?

Beberapa bulan yang lalu sebenarnya saya ingin magang di salah satu bank syariah, ingin tau seperti apa sih praktiknya di lapangan, tapi ternyata disana sudah penuh. Akhirnya saya magang di Kantor Akuntan Publik satu-satunya pemegang hak audit atas nama BPK disini (sudah seperti polisi dan KPK saja kerjaannya). Setelah beberapa lama magang disana, saya menyimpulkan: ternyata audit itu tidak sesulit teori yang diajarkan di bangku kuliah! Pada mulanya saya merasa pekerjaan ini mengasyikkan karena membutuhkan ketelitian dan kecermatan yang tinggi. Baru 2x turun ke lapangan rasanya sudah ketagihan, ada kepuasan tersendiri ketika berhasil mengidentifikasi temuan-temuan yang 'ganjil'. Hari berganti hari terus berlalu, saya mulai merasa resah dengan aktivitas saya, khawatir jika saya keterusan. Satu hal yang membuat saya salut: meskipun auditor adalah pekerjaan nonpemerintah (swasta) yang profesional, tapi saya dengan bebas bisa mengenakan busana yang syar'i, jubah dan jilbab yang lebar tanpa ada yang mempermasalahkan, mungkin bagi mereka penampilan itu tak begitu penting, yang penting bisa kerja bagus. Namun, belakangan saya tau ternyata yang namanya auditor juga tak lepas dari 'kongkalingkong', saya mendengar dan melihat sendiri praktiknya waktu terakhir saya ikut audit lapangan ke salah satu rumah sakit swasta.

Sungguh benar2 bertolak belakang, padahal dalam Islam fungsi Auditing ini disebut “tabayyun” sebagaimana yang dijelaskan dalam Surah Al-Hujuraat ayat 6 yang berbunyi:
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

Kemudian, sesuai dengan perintah Allah dalam Al Quran, kita harus menyempurnakan pengukuran di atas dalam bentuk pos-pos yang disajikan dalam Neraca, sebagaimana digambarkan dalam Surah Al-Israa’ ayat 35 yang berbunyi:
“Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”

Mengapa disebut "tabayyun"? Ya, karena sebagai auditor kita melakukan pemeriksaan laporan keuangan entitas tersebut atas permintaan auditee (pihak yang minta diaudit) sehingga terjadilah konfirmasi, crosscheck bukti, dan lain sebagainya yang merupakan prosedur audit. Selain itu, auditor juga melakukan pemeriksaan apakah laporan keuangan (neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan laporan perubahan modal) sudah sesuai dengan standar yang berlaku (PSAK). Jadi, jika terjadi ketidaksesuaian, korupsi, pencurian, penggelapan, atau kecurangan lainnya bisa terdeteksi dari audit tersebut. Bahkan jika dilakukan audit investigasi, pelaku/oknum yang melakukan kecurangan tersebut juga bisa diketahui. Dalam pekerjaan independen seperti itu, sangat disayangkan apabila dalam audit itu sendiri ada kecurangan. Memang dalam peristiwa tertentu hal-hal seperti itu legal, artinya dibolehkan dan sah-sah saja dalam peraturan akuntansi, seperti halnya laporan keuangan yang dibuat untuk kepentingan perpajakan dalam rangka menghemat beban pajak yang harus dibayar. Namun, tetap saja hati saya tidak bisa menerima hal-hal seperti itu. Saat itu saya sudah mencatat banyak sekali transaksi-transaksi bermasalah yang jumlahnya cukup material, ada beberapa yang tidak ada bukti dan tidak ada otorisasi. Ternyata salah satu auditor saat itu berkata yang intinya temuan seperti itu disembunyikan saja (mungkin dianggap tidak material) karena audit ini agar pihak RS mendapat akreditasi, jadi laporan auditnya juga harus bagus, paling tidak mengeluarkan pendapat wajar dengan pengecualian/dengan catatan. Padahal kenyataannya pencatatannya masih berantakan, SPMnya juga lemah, dan banyak kekurangan disana-sini. Dari kejadian tersebut, saya jadi ilfil (ilang feeling) dengan yang namanya audit dan ingin cepat2 keluar.

Semoga dari kejadian tersebut bisa diambil hikmah tersendiri, yah..kita pasti tak akan pernah puas jika mengejar yang namanya dunia. Untuk pembaca khususnya teman-teman yang senasib dengan saya, lebih baik cari yang aman-aman saja. Meskipun diiming-imingi gaji besar dan pengalaman kerja yang seru, tetaplah pilih yang halal, gaji sedikit tapi berkah. Bagi seorang wanita, pekerjaan terbaik adalah di rumahnya, tak perlu susah2 keluar untuk bisa meraih surga, insyaAllah.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar