Rabu, 26 Oktober 2011

Wahai Engkau Para Ikhwan, Maaf Kami Menggugat Kalian!

sumber:http://goresankami.blogspot.com/2011/10/wahai-engkau-para-ikhwan-maaf-kami.html
Bismillah.

(Menyambung tulisan saudara kita, Raehanul Bahraen  yang berjudul Antara Cintaku, Cintamu Dan Cinta-Nya [4 Permasalahan Utama Cinta Asmara] bagian ketiga  dari sisi sudut pandang akhwat)

Yaa ikhwan, sebagaimana halnya diri-diri kalian yang lebih cepat  simpati dan condong kepada para akhwat yang telah berjilbab lebar dan pula telah lengkap dengan cadarnya, duduk dan khusyuk di dalam majelis-majelis ilmu untuk mempelajari perkara-perkara agama, serta beberapa kriteria lain yang menjadi ukuran keshalihan bagi kalian, daripada kepada para kuda liar yang sangat mudah sekali kalian temui di pinggir-pinggir jalan atau di pasar-pasar, yaitu kuda-kuda-pati mereka dengan punggung terbuka, perut kelihatan, betis tersingkap dan bahkan dengan paha terkuak tengah berlenggak-lenggok di tempat-tempat keramaian, mengobral segala keindahan diri-diri mereka yang bisa menjerumuskan kalian ke dalam jurang-jurang neraka, tepatnya ketika kalian tidak atau lalai dalam menundukkan pandangan-pandangan kalian darinya sehingga karenanya kalian akan membayang-bayangkan mereka di dalam hati dan pikiran kalian, apalagi dengan status ‘penghayal tingkat tinggi’ yang dinobatkan kepada kalian, kecuali bagi sebagian dari kalian yang masih diberkan taufiq oleh Allah Ta’ala,  insya Allah.

Maka begitu pulalah bagi kami yaa ikhwan, kami para akhwat akan jauh lebih cepat tertarik dan luluh kepada para ikhwan yang celananya tidak isbal, yang memelihara jenggotnya dengan baik, yang gigih menuntut ilmu syar’i, serta yang begini dan yang begitu lainnya sesuai dengan standar keshalihan di dalam hati-hati dan pikiran kami, daripada kepada  mereka-mereka yang begajulan, mereka-mereka yang menjadikan perempatan jalan dan terminal sebagai tempat nongkrong mereka, atau daripada kepada mereka-mereka yang hanya disibukkan oleh motor dan sepakbola saja.

Sekali lagi kami ulangi ya ikhwan, kami sama halnya dengan kalian pada perkara ini, yaitu kami pula tertarik kepada makhluk Allah dari jenis kalian yang diciptakan-Nya untuk menjadi pasangan-pasangan kami. Kami merasakan gejolak yang sama dengan kalian yaa ikhwan karena kami adalah saudari bagi kalian sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, 

إنما النساء شقائق الرجال

“Sesungguhnya wanita itu saudara kandung laki-laki.” [HR. Ahmad no.26195, hasan lighairihi, tahqiq Syu’aib Al-Arna’uth]

Sungguh yaa ikhwan, harapan telah bertemu harapan akan tetapi hati masih terlarang untuk mengambarkan semua harapan tersebut dan raga pula masih belum mampu untuk mewujudkan harapan yang dimaksud. Namun, kita tetaplah dari kalangan manusia nan rentan akan godaan dan tergoda, bukan dari kalangan malaikat nan dijamin bebas dari segala dosa, malaikat nan akan senantiasa taat kepada Allah sembahan kita semua.

Aduhai, ada apakah gerangan dengan kita, ikhwan dan akhwat yang telah mengaji ini yaa ikhwan? Bukankah para ustadz kita telah menjelaskan dengan terang mengenai perkara ini dan bukankah para ulama kita pula telah menyampaikan dengan gamblang tentang perkara ini? Tentang perkara yang tidak akan pernah kering tinta pena-pena kita dalam menuliskannya, yang tidak akan pernah cukup lembaran-lembaran kertas kita untuk menumpahkan semuanya, yang tidak akan pernah membuat lidah-lidah kita capek ketika membicarakannya, yang tidak akan pernah membuat otak-otak kita tidak habis piker ketika memikirkannya, serta yang tidak akan pernah membuat hati-hati kita merasa nyaman apabila telah terjangkiti olehnya!

Yaa ikhwan, telah terang bagi kami, serta bagi kalian pula tentunya tentang hakikat cinta dan bercinta dalam agama kita yang mulia ini, tentang perintah dan larangan syariat sehubungan dengannya, serta tentang kabar gembira dan ancaman nan pedih tak terkira ketika kita salah dalam berinteraksi dengannya!

Cinta adalah perkara yang agung karena ia adalah penggerak utama manusia diantara tiga penggeraknya, yaitu khauf/takut, roja’/berharap kemudian ialah mahabbah/cinta. Cinta akan menjadi penggerak baik untuk urusan akhirat maupun dunia kita. Sebagaimana dalam perkara shalat yang merupakan perkara akhirat  kita, disana ada khauf/takut akan ancaman terhadap sifat lalai untuk mendirikannya, ada roja’/berharap akan pahala dan surga yang dijanjikan karenanya, serta ada mahabbah/cinta akan kesukaan untuk selalu dekat dengan Allah Ta’ala. Maka cinta dan kesukaan untuk selalu dekat dengan Allah adalah penggerak utamanya. Begitu pula dalam urusan dunia, jika kita ingin bersafar contohnya, maka disana ada khauf/takut jika terjadi kecelakaan di jalan, ada roja’/berharap agar sampai di tempat tujuan dengan selamat dan pastinya ada mahabbah/cinta agar dapat  menuju tempat yang disukai.

Bagitulah keagungan cinta, akan tetapi jika kita salah berinteraksi dengan cinta, maka kita bisa terjerumus ke dalam larangan terbesar dalam agama kita yang mulia yaitu kesyirikan dalam cinta, tepatnya ketika kita telah mendahulukan cinta kepada mahkluk dibandingkan cinta kepada Allah Ta’ala. Ah, dalam perkara cinta ini sungguh kami ingin seperti yang Allah firmankan,

وَالَّذِينَ آَمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لله

“Adapun orang-orang yang beiman lebih dalam cintanya kepada Allah.” [Al-Baqarah : 165]

Selajutnya yaa ikhwan, telah jelas bagi kita, insya Allah bahwasanya segala hubungan yang kita jalin sebelum halal melalui kalimat-Nya nan mulia adalah terlarang dan hanya akan menistakan diri-diri kita di dunia dan di akhirat kita, sehingga sedikitpun kita tidak mengenal dan bahkan menolak secara keras lagi lantang tentang ‘ide’ pacaran islami yang tengah digembar-gemborkan oleh orang-orang yang telah sedikit ‘konslet’ (baca:error) urat syarafnya!

Di lain sisi telah paham pula bagi kita sebagaimana nan telah kami sebutkan di awal kata, meski apa jua keadaan maka kita tetaplah bagian dari mahluk Allah atas nama manusia seluruhnya, makhluk Allah yang menjadi tempat bersarangnya segala salah dan lupa, mahkluk Allah yang akan digempur dengan aneka godaan oleh para setan dan iblis durjana, mahkluk Allah yang dijanjikan dengan surga apabila mampu melewati segala godaan yang ada, serta mahkluk Allah yang diancamkan kepada neraka apabila nekat membangkang kepada hukum-hukum-Nya.

Oleh sebab itu kita harus berhati-hati yaa ikhwan karena iblis telah bersumpah akan menyesatkan dan menggodai keturunan Adam dengan segala cara, termasuk dengan menyimpangkan makna cinta yang suci menjadi cinta yang terlumuri syirik. Ketika Allah azza wa jalla menghukum iblis dan mengeluarkannya dari surga, maka iblis menjawab,

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَْ ثُمَّ لآتِيَنَّهُم مِّن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَن شَمَآئِلِهِمْ وَلاَ تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ

“Karena Engkau telah menghukumku tersesat, aku benar-benar akan(menghalang-halangi mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian aku akan datangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.” [Al-A’raf: 16-17]

Yaa ikhwan, dengan kita telah mengaji atau belum, dengan kita telah menghafal sekian juz dari Al-Quran serta sekian hadist dari hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam  atau belum, dengan kita telah membaca sekian kitab dari kitab-kitabnya para ulama atau belum, maka raga kita tetaplah raga manusia, jiwa kitapun tetaplah jiwa manusia, yang apabila kita telah berlepas diri dari usaha untuk menuntut ilmu dan meningkatkan keimanan kita kepada-Nya maka niscaya kita akan dimasukkan kepada golongan manusia-manusia yang akan dinistakan sebagai penduduk neraka, bahkan kita akan menjadi golongan manusia-manusia yang akan dinistakan dibawah kenistaan nan telah ada karena ilmu yang ada pada kita malah menjadikan kita sebagai manusia berusus terburai saja, hanya berkoar-koar di dunia akan tetapi tidak bisa mengamalkannya!

Ketahuilah, ilmu dan Al-Quran adalah hujjah yang bisa membela kita namun bisa pula mengancam kita. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَ الُقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ

Dan Al-Quran itu bisa menjadi hujjah bagimu (membelamu) dan bisa menjadi hujjah atas kamu (mengancammu).” [HR. Muslim dan hadits Al-Harits Al-Asy’ari]

Aduhai cinta, ia tidak hanya menghampiri para manusia durjana pemuja syahwat semata, akan tetapi ia juga akan mendatangi para manusia yang tengah berpayah dan berdarah-darah dalam menjaga dirinya dari panasnya api neraka. Ia tidak hanya menyambar-nyambar hati para pecinta roman dan puisi picisan saja, akan tetapi juga akan membelai-belai hati para penuntut ilmu dia atas manhaj salaf yang mulia, sebagai ujian akan keimanan yang tengah ia perjuangkan tentunya.

Sekarang yaa ikhwan, kami pula tidak menutup mata akan banyaknya kaum kami, terutama sebagian kecil dari kalangan yang telah mengaji pula terjangkit virus ini, dilenakan dengan harapan-harapan indah akannya, dimabuk-kepayangkan kepada sosok-sosok manusia berjakun dari jenis kalian sebelum adanya ikrar pada saat akad yang mulia.

Telah meraung-raung mereka dalam menangisi semua rasa yang belum pantas mereka rasakan, telah berderaian air mata mereka ketika mendapati hati-hati mereka telah semakin keras lantaran perasaan nan sungguh tidak mengenakkan jiwa, telah sadar meraka bahwa apa-apa yang tengah mereka lakukan hanya akan membuat mereka jatuh kedalam lubang kenistaan, namun sungguh yaa ikhwan, sungguh ujian tentang cinta dan bercinta ini adalah ujian yang paling menguras tenaga dan pikiran, karena akan menjadi kecil sajalah semua perkara apabila telah dihadapkan kepada perkaranya, yaitu kepada perkara cinta dan bercinta!

Yaa ikhwan, sebagaimana yang telah kita maklumi bahwasanya setiap kelompok itu ada ujiannya, dan ujian bagi kita khususnya para pemuda adalah ujian tentang perkara cinta dan bercinta. Kita permaklumkan, karena kita tidak akan masuk surga sebelum mendapatkan ujian sebagaimana firman Allah Ta’ala,

أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُواْ الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُم مَّثَلُ الَّذِينَ خَلَوْاْ مِن قَبْلِكُم مَّسَّتْهُمُ الْبَأْسَاء وَالضَّرَّاء وَزُلْزِلُواْ حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُواْ مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللّهِ أَلا إِنَّ نَصْرَ اللّهِ قَرِيبٌ

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "kapankah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” [Al-Baqarah: 214]

Akan tetapi ini salah siapa yaa ikhwan?? Apakah semata-mata ia adalah kesalahan kaum kami yang telah dilalaikan dalam menjaga hijab dan hatinya atau pula kesalahan kaum kalian yang mencoba mendekati kami dengan topeng-topeng di balik lebatnya jenggot-jenggot kalian?

Awal mula petaka terjadi, ketika kami tengah disibukkan dengan studi-studi kami maka datanglah serangan-serangan ta’aruf dari kalian, tepatnya serangan-serangan ta’aruf atas dasar kebodohan dari kalian, yaitu hanya dengan modal pulsa HP dan internet semata, bukan melalui perantara yang terpecaya!

Awalnya kami tidak bergeming dengan segala ulah nista kalian karena kami bukanlah akhwat gampangan yang dapat dengan mudah kalian pinang, atau lebih tepatnya kalian permainkan melalui pesan-pesan ‘religius’ ala kalian, kami adalah akhwat-akhwat yang dijaga dengan syariat dan manhaj yang mulia, yang apabila kalian menginginkan diri-diri kami maka tunjukkanlah kejantanan kalian untuk meminta kami kepada ayah-ayah kami!

Namun, apalah daya yaa ikhwan, naluri kewanitaan kami nan sejatinya sangatlah suka untuk diperhatikan dan merasa diistimewakan, ditambah karena sebab kelemahan hati-hati dan kerapuhan jiwa-jiwa kami maka menjadi luluh jualah kami, menjadi jebol jualah benteng pertahanan kami dengan segala aksi serong kalian untuk merobohkannya.

Kalian yaa ikhwan telah tahu bahwasanya hati-hati kami adalah hati-hati nan lemah karena pada dasarnya kami memang telah memiliki kebengkokan, maka janganlah kalian manfaatkan lemahnya hati-hati kami tersebut  demi kepuasaan nafsu-nafsu kalian! Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ لَنْ تَسْتَقِيْمَ لَكَ عَلَى طَرِيْقَةٍ، فَإِنِ اسْتَمْتَعْتَ بِهَا اسْتَمْتَعْتَ بِهَا وَبِهَا عِوَجٌ وَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيْمُهَا كَسَرْتَهَا وَكَسْرُهَا طَلاَقُهَا
“Sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk dan ia (seorang wanita) tidak akan lurus bagimu di atas satu jalan, maka jika engkau menikmatinya maka engkau akan menikmatinya dan pada dirinya ada kebengkokan, dan jika engkau meluruskannya maka engkau akan mematahkannya. Dan patahnya wanita adalah menceraikannya.” (HR Muslim II/1091 no 1468)

Kemudian yaa ikhwan, fitrahnya kami adalah sebagai mahkluk nan cukup mudah berbesar rasa karena merasa diutamakan oleh kaum kalian sehingga karena sebab ini kami akan mudah sekali luluh ketika melihat perjuangan kalian untuk dapat masuk ke dalam hati-hati kami, nan sejatinya ia tidaklah dapat dikatakan sebagai perjuangan, karena sebenarnya ia adalah ulah busuk kalian atas dasar nafsu semata. Akan tetapi apalah hendak dikata, ulah busuk kalian malah dinampakkan indah oleh setan di dalam hati-hati dan fikiran kami, sehingga segala aib atau keburukan tentang kalianpun seolah disamarkan dan nampak sebagai hebatnya ‘perjuangan’ kalian untuk mendapatkan diri-diri kami!

Yaa ikhwan, jikalah kalian tidak berniat untuk benar-benar menikahi kami dalam masa tenggang nan segera, maka mengapalah pula kalian sok-sok menyampaikan proposal ta’aruf kalian kepada kami, disertai dengan sebuah pesan nan penuh kedzaliman, “Mohon bersabarlah engkau  menunggu dan jagakanlah selalu hatimu untuk daku seorang yaa ukhty, insya Allah akan kupinang dan kunikahi engkau setelah sekian tahun dari sekarang.”

Jikalah kalian belum siap untuk berijab qobul dengan ayah-ayah kami, maka mengapa pulalah kalian sok-sok hendak menadzor kami? Mengapalah pula kalian sok-sok berlagak hendak melihat wajah dan telapak tangan kami padahal sejatinya kalian hanya ingin mengetahui kualitas wajah-wajah kami nan dengan bersusah payah telah kami sembunyikan di balik cadar-cadar kami!

Jikalah kalian masih gamang hendak mengarungi samudra kehidupan bersama kami, maka mengapa pulalah kalian sok-sok membooking kapal-kapal dan perahu kami? Mengapalah pula kalian sok-sok membanggakan diri-diri kalian sebagai nahkoda kapal nan sejati padahal kalian hanyalah pengendara-pengendara sepeda ontel pada zaman kelinci?

Jikalah kalian memang masih dalam masa-masa studi sehingga rasa-rasanya kalian belum bisa menanggung semua beban tentang kami, maka mengapalah pula kalian sok-sok tampil sebagai sosok yang jantan dihadapan kami? Mengapa pulalah kalian sok-sok hendak menikah muda dengan semangat celana cingkrang dan jenggot kalian nan memang lumayan tebal itu saja?

Jikalah kalian ingin menunjukkan bakti-bakti kalian kepada para orangtua kalian terlebuh dahulu sebelum mempersunting diri-diri kami, maka mengapalah pula kalian sok-sok telah siap lahir dan batin untuk mencari kami? Mengapa pulalah kalian sok-sok hendak memulai sebuah proses nan ‘terkesan’ syar’i padahal sejatinya ia adalah kedok dari segala kemaksiatan dan kebobrokan akhlak-ahklak kalian saja?

Jikalah kalian masih gamang hendak memetik kuntum-kuntum kami nan memang tengah merekah dan indah memekarkan kuncup-kuncupnya, maka mengapa pulalah kalian sok-sok perkasa hendak memetik kami dari tangkai-tangkai kami? Mengapa pulalah kalian sok-sok hendak memanjati pagar berduri di sekeliling taman kami, dan tangan-tangan kalian sok-sok kuat untuk memetik kami dari tampuk-tampuk kami padahal sejatinya kalian adalah pencuri-pencuri yang tak berhati nurani?

Jikalah kalian belum terang hendak menjadikan kami sebagai ustadzah  di dalam rumah-rumah kalian, maka mengapalah pula kalian sok-sok berani untuk mengusik ketenangan dan kenyamanan kami dengan segala aksi tebar petaka kalian? Mengapa pulalah kalian membobol atap-atap rumah kami ketika kalian dapati semua pintunya masih tergembok rapi?

Kemudian untuk kalian yang tingkat ke-erroran hati, pikiran dan akhlaknya telah error tingkat tinggi, jikalah pula kalian belum menahu diri akan kadar-kadar diri kalian sendiri maka mengapa pulalah kalian sok-sok hendak mempoligami istri-istri kalian dengan kami? Mengapa pulalah kalian sok-sok kasak-kusuk untuk mencari nan kedua segala sementara nan pertama saja belum terurusi? Mengapa pulalah kalian sok-sok berkoar-koar akan keadilan dalam nafkah lahir dan bathin sementara untuk nan pertama saja belum tercukupi? Mengapa pulah kalian sok-sok hendak membina kami dengan ilmu-ilmu kalian sementara nan pertama saja telah hampir terbinasakan oleh diri-diri kalian sendiri?

Aduhai, kemanakah ilmu-ilmu kalian ketika setiap minggu kalian pontang-panting untuk menghadiri majlis-majlis ilmu itu hendak kalian buang? Kemanah kiranya harta-harta karun kalian itu akan kalian campakkan? Sebegitu besarkah ujian nan menimpa kalian sehubungan dengan perkara ini, atau sebegitu lemahnya kah bongkah-bongkah keimanan nan bersarang di dalam hati-hati kalian sendiri?

Belumkah sampai kepada kalian bahwasanya kami, para akhwat yang telah berjilbab lebar ini adalah mahkluk yang akan menjadi fitnah terbesar bagi kalian-kalian yang telah mengaji, sebagaimana mereka, para akhwat nan masih berpakaian kurang bahan pula akan menjadi fitnah terbesar bagi kaum kalian lainnya yang belum mengaji?? Atau jika tanpa pernjagaan dari Allah maka jangankan oleh kami-kami nan telah tertutup rapat ini, oleh mereka-mereka nan masih terbuka lebar-lebar saja kalian akan bisa pula terfitnah dengan fitnah yang lebih besar dan sungguh menjijikkan, karena sejatinya kami semuanya adalah mahkluk Allah atas nama wanita, sejatinya kami adalah mahkluk Allah yang akan menjadi fitnah dunia terbesar bagi kalian semuanya!

Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam,

مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ

"Tidaklah aku menginggalkan fitnah, setelah aku (wafat), yang lebih berbahaya atas laki-laki daripada wanita". [HR al-Bukhari no: 5096. Muslim, no: 2740,]

Aduhai, semakinlah kalian menundukkan pandangan-pandangan kalian dari diri-diri kami yaa ikhwan, janganlah kalian mudah terfitnah hanya karena jilbab-jilbab besar kami nan melambai-lambai sebagai pertanda keshalihahan dan komitmen kami dalam berhijab secara dzahir karena sungguh hal itu ukurannya adalah nisbi, sebagaimana ukuran ketinggian kaki-kaki celana kalian dan pula ukuran ketebalan jenggot-jenggot kalian. Apa-apa yang nampak oleh pandangan mata cukuplah sebagai parameter awal dari masing-masing kita untuk saling menilai sementara parameter hati adalah ukuran Allah semata, insya Allah. Wallahu a’lam.

Kita harus hati-hati dengan pandangan mata yaa ikhwan, apalagi kalian karena ia adalah panah setan. Dari Hudzaifah bin Al-Yaman ia berkata, Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bersabda,

النَّظْرَةُ إِلَى اْلمَرْأَةِ سَهْمٌ مِنْ سِهَامِ إِبْلِيْسَ مَسْمُوْمٌ مَنْ تَرَكَهُ خَوْفَ الله أَثَابَهُ الله إِيْمَانًا يَجِدُ بِهِ حَلاَوَتَهُ فِيْ قَلْبِهِ

“Memandang wanita adalah anak panah dari anak-anak panah Iblis yang beracun. Siapa yang meninggalkannya karena takut kepada Allah, niscaya Allah memberinya pahala iman yang ia rasakan manisnya dalam hatinya.” [HR. Ahmad 5/384, hasan dengan penguat]

Oleh sebab itu yaa ikhwan, mintalah diri-diri kami nan benar-benar shalihah secara lahir dan bathin insya Allah kepada Rabb yang Maha Mengetahui nan tampak maupun nan tersembunyi, sebagaimana kami pula senantiasa meminta kepada-Nya agar Dia memberikan kami salah seorang dari kalian nan shalih lahir dan batinnya pula, insya Allah, amin.

Kemudian dengarkanlah oleh kalian syair ini,

Angkat pandanganmu terhadap para wanita,
yang amal shalih adalah mas kawin mereka,
Bisikkan pada jiwa tentang cinta pertama,
Mencintai mereka adalah niaga yang laba,
Berusahalah untuk mendapatkan mereka,
Jika ada jalan dan telah tiba saatnya.
[Syair ini tidak kami ketahui sumbernya, jika diantara pembaca ada yang tahu silakan kabarkan kepada kami.red]

Ya ikhwan, janganlah sesekali kalian mengangkat pandangan-pandangan kalian untuk mencari satu diantara kami sementara diri-diri kalian belum siap untuk mengangkat beban ayah-ayah kami di dunia apalagi di akhirat  nanti. Marilah kita saling berinstropeksi diri sembari mencukupi diri-diri kita dengan ilmu tentangnya terlebih dahulu, karena sungguh menikah bukanlah perkara sepele nan bisa kita mulai dengan semangat membara saja akan tetapi kosong dari ridha Allah Ta’ala.

Ah, telah terlalu panjang kata-kata kasar yang kami rangkaikan untuk kalian yaa ikhwan, mohon maafkanlah lisan-lisan kami yang tajam dan pula pena-pena kami nan lancang dalam mengata-ngatai kalian. Sungguh kami tidak semata-mata menyalahkan diri-diri kalian dalam perkara nan telah terlanjur terjadi ini karena kamipun sebenarnya mempunyai andil dalam setiap prosesnya.

Sungguh yaa ikhwan, memang tidaklah mungkin tepuk akan menghasilkan bunyi jikalah kalian bertepuk dengan sebelah tangan saja, bukan? Tidaklah mungkin kalian akan berani mengirimi kami sms sekian kali sehari jikalah tidak karena kami yang pernah sekali waktu membalasinya. Tidaklah mungkin kalian akan menebarkan pesona-pesona kalian jikalah kami yang tidak memberikanmu sebidang lahan di hati-hati kami untuk menyemaikannya. Tidaklah  mungkin kalian bisa memandangi kami jikalah tidak karena kami yang menampakkan diri-diri kami di hadapan kalian. Serta tidaklah mungkin kalian diam-diam bisa mencuri hati-hati kami jikalah tidak karena kami yang telah melonggarkan kunci nan terpasang pada pintu-pintunya itu. Kami pula salah yaa ikhwan, sekali lagi kami akui kalau kami pula salah.” Lengkapnya silakan baca tulisan kami yang berjudul,  Akhiy, Engkau Telah Kutembak Mati  

Sudahlah yaa ikhwan, sekali lagi kami minta maaf kepada diri-diri kalian. Semoga Allah Ta’ala jagakan hati-hati kami dan pula hati-hati kalian dari perkara nan sungguh tidak mengenakkan hati lagi sangat menyesakkan dada ini jika kita telah berurusan dengannya sebelum ikrar yang pasti, yaitu perkara cinta dan bercinta.

Semoga Allah sabarkan dan kuatkan diri-diri kami dalam menunggu adzan maghrib nan dinanti sebagaimana semoga Allah sabarkan kalian dalam menahan segala kehendak di siang hari, sampai tiba masanya bagi kita untuk berbuka dan menikmati segala keindahan dan pesona di dalam pernikahan yang syar’i, insya Allah, Amin.

***

28 September 2011

Bumi Allah,
Goresan Kami

Editor dan kutipan dalil : Raehanul Bahraen

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar